Club No. 1 || Scene One

376481_463651920342374_1207448716_n

 

“Yoshaa~! Let’s go, Hae-ya.. kenapa kau lama sekali? Kita bisa terlambat nanti!”

Satu teriakan lain menyambut, “Ne~! Aissh.. dimana kau menaruh textbook Matematika milikku Eunhyuk-ah?!”

Eunhyuk ―Lee Hyukjae, baru akan menyahut teriakan saudara kembarnya saat suara pintu belakang mobilnya yang terbuka terdengar. “Min hyung? Hyungie berangkat dengan kami?”

“Kenapa? Keberatan kalau aku berangkat bersama kalian?”

“Aiishh.. kenapa kau sensitive sekali hyung? Tumben saja kau mau lepas dari Ducati cantik itu,” Eunhyuk tersenyum simpul, walau sedikit melirik penasaran pada sang hyung tertua yang kini bersandar penuh di jok mobil dengan mata terpejam. ‘Kenapa dengan orang ini?’

Memutuskan tidak peduli, pemuda yang telah stand by dibelakang kemudi itu kembali melongok ke jendela, berteriak pada sosok Lee bungsu yang belum juga terlihat. “Ya! Lee Donghae! Aku benar – benar akan meninggalkanmu jika kau tidak muncul di hitungan kelima!”

“Ini semua juga karena―”

“Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.. Lima.”

Eunhyuk baru akan menginjak pedal gas saat pintu disamping kemudi terbuka.

“Sialan kau! Bukankah kau yang meminjam buku itu semalam hah?!”

BRAK

Umpatan Donghae yang baru saja telah menutup kasar pintu depan hanya disambut dengan cengiran tak berdosa Eunhyuk. “Bayaran telah mengantarmu mencari ikan peliharaan baru, dongsaeng-ah~”

“Lalu kenapa―”

YA! Tidak bisakah kalian diam dan kita segera berangkat?!”

Dua bocah-kembar-tak-identik itu segera memutus adu deathglare mereka. Si bungsu Donghae melirik bertanya pada Eunhyuk,  mengangkat alis penasaran saat mendapati raut yang biasanya ramah itu terlihat ‘menyeramkan’ di pagi yang cerah ini ―yang langsung dijawab dengan gelengan tidak tahu oleh si empunya.

“Jalankan mobilnya sekarang, Hyuk-ah.”

A-arrasseo.. hyung.”

.


―Club No. 1―

.

Yaoi | KyuMin [always belongs to each others] | Chaptered |NaughtyKyuMin | Mature Contens | Rated M | Romance, Drama | Lee Brothers ♥ | AU! School Life

.

Scene One

.

Kepindahannya kembali ke Korea membuat Kyuhyun menemukan banyak hal baru. Dari mulai sekolahan beraturan aneh milik keluarganya, hingga si manis Lee Sungmin yang terlihat liar dibanding wajahnya. “It’s not school, there’s just Club No. 1”


.

Cho Kyuhyun selalu merasa bahwa kepindahannya kembali ke tanah air dimana dia dilahirkan adalah suatu kesalahan. Katakan bahwa dia adalah orang yang tidak tahu berbakti pada negerinya, tapi demi semua kaset game-nya yang agung! Kyuhyun benci Korea!

―ups, bukan, bukan.

Kyuhyun benci dekat dengan ayahnya.

Yah.. itu yang benar.

Kehidupannya di Jepang jauh lebih menyenangkan sebelum ini. Dengan bunga sakura, game, dan segala kemuktahiran tingkat tinggi di Akihabara ―dan yah, yang lebih penting adalah kebebasan. Bebas dari pengawasan sang ayah, dan merdeka dibawah pengasuhan sang kakek yang luar biasa sayang pada cucunya. Dia bisa mendapatkan apapun yang dia mau disana, tanpa harus menjelaskan sesuatu yang bernama ‘alasan’, tanpa adanya ‘pengorbanan’.

Tapi sekarang? Hell.

“Kau sudah terlalu lama berada di Jepang, Kyuhyun-ah. Sudah sepantasnya kau pulang dan menjalankan kewajibanmu sebagai penerus keluarga. Kau tidak ingin mengecewakan Ibumu yang sudah susah payah mempertahankan yayasan pendidikan miliknya ‘kan?”

Rasanya Cho bungsu ini ingin menabrakan diri pada Shinkanshen yang biasa membawanya berburu game ke Tokyo. Gezz,, surga dunianya berakhir sampai disini ternyata.

“Tuan muda, kita sudah sampai.”

Suara supir di depan, ―ya! dia berangkat dengan supir sekarang. Tidak lagi bebas seperti dulu dan diantar jemput layaknya bocah sekolah dasar yang masih dikhawatirkan akan tersesat saat pulang! Damn it!― mau tak mau mebuyarkan protesan tanpa akhir milik pemuda pecinta game ini.

Kyuhyun menarik napas panjang sekali, dua kali, dan mengangguk. Merapikan kerah seragamnya sekilas, dan menggendong ransel hitamnya mantap. Okay, Sapphire Arts International High school, Aku datang…

Dia langsung keluar dari Lamborghini yang mengantarnya. Melirik sekilas pada bangunan megah yang langsung menyambutnya dari gerbang depan. Sekilas, sekolah ini terlihat normal. Hampir, bahkan nyaris sama dengan sekolah tingkat atas yang sering dilihat Kyuhyun di Jepang. Tidak ada yang berbeda ―mungkin yang membedakan hanya karena dia adalah putra bungsu si pemilik sekolah, oh.. apakah itu bisa disebut perbedaan?

Desainnya memang terbilang megah, sangat keren malah. Mirip dengan kastil eropa klasik yang biasa kau temui di film Harry Potter. Beberapa katedral megah tampak menyembul dari belakang, seolah menunjukan jika sekolah yang dibangun ibunya ini memang di dedikasikan untuk seni dan segala keindahannya.

Kyuhyun kembali menghela napas, memutuskan berjalan santai menuju koridor depan yang mempunyai dua lengkung simetris berukiran bunga narcissus yang menjadi lambang SAINT ―panggilan yang terkenal di seantero korea bagi sekolah mahal ini. Jam tangan yang melingkari tangannya masih menunjuk angka tujuh. Pertanda bahwa jam pelajaran pertama masih terlalu lama untuk berlangsung.

Woy! GaemGyu!!”

Yang dipanggil ‘gelar’nya menoleh, sedikit memicingkan mata saat seseorang berwajah familiar mulai mendekat kearahnya. “Siwon hyung?”

“Yo! What’s up bro?! Long time no see, rite?!”

Si pecinta game masih memicingkan matanya, tak menggubris sapaan antusias tadi dan masih berkutat pada tatapan anehnya. Seolah ragu bahwa orang yang dilihatnya ini benar – benar Choi Siwon ―sang sepupu. “Kau benar – benar Choi Siwon?”

Yeah~ apa aku semakin tampan hingga kau tidak bisa mengenaliku?” ―satu senyuman penuh percaya diri dilayangkan.

“Bagaimana kau bisa diterima disini, hyung? Kudengar dari ayah, di sini tidak ada yang bisa menyuap untuk masuk.” ―dan satu pandangan meremehkan sebagai jawaban.

YA! Apa maksudmu, bocah?!” Siwon melotot marah. Tak lupa untuk mendaratkan satu tinju penuh ‘sayang’ pada bahu kanan sepupunya. “Kau pikir aku tidak cukup pintar untuk bisa masuk kesini, huh?”

Kyuhyun balas melotot. “Hey,, calm down, hyung! Kau tidak perlu memukulku begitu jika tidak merasa, ‘kan?” balasnya sarkastik.

Sang hyung hanya mengelus dada sabar. Berusaha meredam mulutnya untuk mengeluarkan ejekan lain ―yang pastinya akan berbalik mengenai dirinya sendiri jika Cho Kyuhyun adalah sang lawan bicara. “Sudahlah, ternyata sekian lama di Jepang hanya membuatmu semakin kurang ajar. Aku jadi semakin mendukung niat paman Cho untuk menarikmu kembali ke Korea.”

Si magnae mengernyit tak suka, kembali meneruskan jalannya yang tertunda bersama Choi Siwon yang melangkah disamping. “Disini membosankan,” komentar Kyuhyun. “Akihabara sejuta kali lebih baik.”

“Hanya kau yang berkata seperti itu, Kyuhyun-ah. Buktinya belasan ribu orang rela menyambangi sekolah ini untuk mendaftar setiap tahunnya. Hanya kau orang yang tidak tahu terimakasih telah diberi kesempatan untuk menjadi putra dari pemilik Saint High School, dan masih tetap mengeluh setelahnya.” Cibir Siwon panjang lebar.

Pemuda berlesung pipit itu melanjutkan saat Kyuhyun yang disampingnya hanya diam.

“Murid – murid disini juga penuh sopan santun, tahu. Para siswinya lembut dan ramah. Sedang siswa – siswanya sepertiku, gentle dan gagah. Tidak seperti kau yang bahkan diragukan apakah pernah bersekolah―”

“HUWAAA OPPADEUL!!”

Keduanya sontak mengernyit saat jeritan serentak nan memekakan telinga itu terdengar. Pagi hari yang tenang di awal musim gugur ―tadinya, sebelum Ferrari 4310 merah terang terlihat melaju anggun memasuki gerbang.

Kyuhyun reflex menatap penuh cemooh ‘itu-yang-kau-sebut-lembut-dan-ramah?’ pada Choi Siwon yang kini meringis, tersenyum salah tingkah “Err.. pengecualian pada waktu berangkat sekolah.”

“Memang siapa mereka?” si magnae mendengus, mau tak mau merasa penasaran dengan fenomena ‘aneh’ tersebut ―tentu, karena setampan apapun dia di sekolahnya yang dulu, tidak pernah ada fenomena seperti ini di Akihabara sana.

Lee Brothers.”

“Lee Brothers?” ulang Kyuhyun. Dia mendudukan diri di salah satu bangku kosong di bawah kanopi di koridor lantai satu sekarang. Memilih duduk tenang dan mengeluarkan sang ‘kekasih sejati’ sambil menuntaskan rasa penasarannya pada orang – orang yang baru datang itu. “Memang siapa mereka?”

“Siswa sini―”

PLETAK

What the!? Sopan sedikit kau magnae!”

Kyuhyun menyeringai sinis, “Aku tahu kau bodoh hyung, tapi tidak kusangka kau sebodoh itu.” Dia reflex melindungi kepalanya dari kepalan tangan Choi Siwon sang pemegang Ban hitam Taekwondo  saat ini, “Aiissh~! Maksudku siapa mereka sampai mereka bisa seterkenal itu, hyung! Orang paling bodoh juga pasti tahu jika mereka siswa Saint dari seragamnya.”

“Mulutmu memang memang tidak pernah di sekolahkan, Kyuhyun-ah.” Geleng Siwon (mencoba) sabar. Pemuda tampan itu mendudukan diri di samping sang sepupu kini, memutuskan bahwa insiden siapa-lebih-bodoh selesai dan langsung bercerita semangat.

“Mereka putra pemilik Sendbill Corporation. Kau pasti pernah mendengar perusahaan itu ‘kan? Tiga bersaudara berwajah tampan dari keluarga berada.” Hyungnya menggelang kecewa sekarang, “Mereka juga sangat berbakat sebenarnya. Sayang, image ketiganya sebagai ‘Bad Boy’ juga sama kental dengan prestasi yang ditorehkan disini.”

Kyuhyun mengangguk mengerti. Hanya mengamati saat pintu depan Ferrari merah itu ―Shit! Kenapa dia jadi merindukan mobil balapnya di Jepang dulu, sekarang? ―terbuka oleh seorang pemuda berambut hitam kecokelatan.

“Nah.. kau lihat dia? Yang baru keluar dari mobil? Dia Lee Hyukjae ―biasa dipanggil Eunhyuk. Dance Machine di Dancing class, pemenang berbagai ajang dance tingkat nasional, sedang yang menyusul itu Lee Donghae,” Siwon menunjuk pada satu lagi pemuda yang lebih pendek kini. Keluar dengan anggun dari pintu mobil mewahnya dengan senyum menawan yang sukses menarik jerit kagum.

Dancer yang hebat. Juga actor. Yeah, pesaing terberatku di Acting class.”

Kyuhyun bisa melihat Siwon tersenyum kecut sekarang, seolah benar – benar tak rela seberapa berbakatnya Lee Donghae dalam berakting. “Mereka kembar, sama – sama dancer hebat, sama –sama playboy kelas kakap di Saint.”

Si magnae mengangguk paham. Kembali menatap penuh penilaian pada Duo Lee Brothers yang kini mulai melangkah memasuki halaman. Meninggalkan sang Ferrari dengan ―Ya ampun!― dua lengan yang dipegang erat oleh para siswi. Kyuhyun hanya mendecih penuh cemooh saat melihat pemandangan itu.

Ini yang katanya penuh sopan santun? Sekolah ini lebih terlihat seperti klub malam.

“…Lho? Kemana dia? Biasanya Ducati―”

“Kau bilang apa hyung? Ducati? Siapa yang memakai Ducati?” magnae itu segera menyahut antusias, mata langsung lepas dari pemandangan si kembar Lee yang masih sibuk dengan dua siswi ditangannya. Gezz ―asal kau tahu saja, Ducati itu tunggangan favorit Kyuhyun sejak dulu, Apalagi yang merah.

“Biasanya dia menggunakan Ducati warna merah―”

Holy Shit! Merah? ―“Siapa hyung? Yang mana dia?!”

“Aishh.. kenapa kau jadi excited begini?” Siwon merengut kesal. Kini menatap sinis pada Kyuhyun dan melupakan sejenak sosok yang sejak tadi menjadi fokusnya.

Si magnae balas mendecih, “Aku suka―”

“NAH! Itu dia! Yang kau cari tadi. Ternyata, dia ikut bersama si kembar.”

Kyuhyun langsung menoleh, mendapati sosok yang lebih mungil dari duo Lee tadi keluar dari pintu belakang mobil mewah itu. Rautnya yang dingin tidak menyurutkan kerumunan siswi yang kini mengikuti jalannya. “Dia termasuk Lee Brothers juga?”

Siwon mengangguk. “Oh,, magnae-nya ya?”

“Ck.. bukan! Dia hyung tertua mereka.”

Mwo? Serius?” Kyuhyun menoleh penuh kejut pada Siwon. “Wajahnya terlihat… terlalu kekanakan.” Harusnya Kyuhyun ingin bilang ‘cute’ sih, tapi yah, kita simpan dalam hati saja.

“Yeah, Lee Sungmin. Lee Brothers yang paling tua ―juga paling liar.” Siwon berujar. “Kau tidak percaya padaku?” tambahnya saat melihat tatapan sangsi Kyuhyun.

Si magnae hanya mengangkat bahu tak acuh. Mengamati bagaimana tubuh mungil itu berjalan cepat di antara siswi yang mengerumuninya dan dengan gesit menghilang. Hanya menyisakan punggungnya yang mulai lenyap menaiki tangga di ujung sana. “Wajahnya sama sekali tidak menunjukan ‘liar’ yang kau sebutkan tadi.” Argument Kyuhyun datar. “Lagi pula, dia sepertinya orang yang dingin.”

“Jangan menilai dari wajahnya.” Seringai Siwon, pemuda tampan itu menarik Kyuhyun berdiri. Sontak teringat akan tugasnya untuk mengantar sang siswa baru ini ke Headmaster’s room. “Dia memang terlihat cute, tapi asal kau tahu saja. Lee Sungmin itu pemuda yang telah merengut keperawanan hampir separuh siswi disini.”

WHAT?!”

Hey! Aku tidak tuli, telingaku ada disebelahmu, kalau kau lihat. Tidak perlu berteriak seperti itu.”

Kyuhyun kembali mengerjap tak percaya. “Seriously, hyung. Aku baru tahu kau telah berubah menjadi tukang gossip murahan seperti ini.”

“Apa aku terlihat tukang gossip, huh?!” sang hyung menatap sebal pada Kyuhyun kini. Walau sesekali tetap tersenyum sopan pada setiap siswi yang menyapanya di koridor lantai satu. “Terserah kau juga kalau tidak percaya, Kyu.”

“Tapi… ck. Dari mana kau tahu semua itu?”

Siwon mengangkat bahu tak acuh. “Sudah menjadi rahasia umum disini.”

“Dan tidak ada sanksi untuk itu?” Yeah, tentu Kyuhyun pantas bingung. Sex bukan mainan bagi para remaja High School bukan?

“Kau hidup sekian lama di Japan, kenapa harus terkejut dengan fakta itu?” tawa Siwon tak percaya. Dia menarik bahu sang sepupu untuk berbelok ke kiri sekarang. Menuju lorong yang di dindingnya berjajar entah-berapa-macam sertifikat penghargaan dari beragam ajang bergengsi. Entah itu Sciences, atapun Arts. Lorong menuju Headmaster’s room yang agung. “Jangan sok suci disini, GaemGyu~”

“Heh.. sekalipun Japan adalah penganut liberalis, sex dibawah umur sangat terlarang disana.” Kernyit Kyuhyun. Seperti kata Siwon, dia tidak akan sok suci disini, toh hal yang seperti itu memang biasa baginya. “Jadi, apa Lee Sungmin itu digemari hanya karena dia seperti ‘itu’?”

Siwon kembali tertawa kecut. “Jangan memandang rendah Sungmin hyung.” tukasnya. “Dia pemengang nilai tertinggi diangkatannya. Lahir ditahun yang sama denganku, dan kini loncat kelas ke tahun terakhir. Anak emas Yesung Seongsaengnim di Singing class, tapi skill dance-nya juga setara dengan dua adik kembarnya ―duo dance machine.”

“Heh..” seringai meremehkan masih tersemat manis di bibir merah sang magnae. “Apa benar dia sehebat itu?”

“Kau akan tahu saat telah mengenalnya nanti.” Tukas Siwon pasti. Mereka berhenti saat pintu  megah berisigna ‘Headmaster’s Room ―Cho Heechul’ terlihat. Tertulis dengan tinta emas berukir yang terlihat berkelas di depan kayu bercat cokelat muda.

“Nah.. sudah sampai. Sampai jumpa nanti saat istirahat, hoobae-ya ―atau jika akselerasimu masih berlaku disini, kau akan satu tingkat denganku. See ya!”

Kyuhyun hanya balas melambai pada sepupu ramahnya itu. Menghela napas sekilas sebelum mulai mengetuk pintu mewah di depannya.

Tiga ketukan, dan dua detik kemudian seruan “Masuk!” terdengar dari dalam.

“Oh?! Kau sudah sampai, dongsaeng-ah? Bagaimana perjalananmu kemari? Ahh.. pasti menyenangkan.”

Kyuhyun mendecih sinis. Tanpa menunggu dipersilahkan, langsung memasuki ruang mewah yang di dominasi warna emas pucat itu, dan mendudukan diri di kursi tamu. Tepat di depan sang Headmaster yang tersenyum ―menyeringai, sebenarnya.

“Aww~ sambutan yang manis sekali.” Respon sang dongsaeng sarkastik. Dia melanjutkan kini, dengan nada rendah yang akan membuat anak kecil menangis. “Kau pasti yang meminta ayah untuk menarikku pulang ‘kan? Sialan kau.”

Heechul menggeleng (sok) sedih. Menatap sang dongsaeng dengan tangan yang masih tetap memainkan penggosok kuku pada tangannya yang bernail art cantik. “Ck ck ck.. kasihan, kau pasti tidak mendapat pendidikan yang benar disana, perkataanmu sungguh menunjukan orang yang tidak berpendidikan, Cho.”

Pemuda yang terlihat cantik itu berdiri kini, meletakan benda ditangannya tak acuh, dan mendekat kearah sang adik. “ Makanya aku sebagai hyung yang baik, meminta ayah dengan senang hati untuk menarikmu dari rumah kakek dan bersekolah di sekolahku yang menakjubkan ini. Agar kau bisa ‘sedikit’ lebih sopan pada orang yang lebih tua darimu.”

“Heh.. kau bilang sekolah yang hampir separuh muridnya pecandu sex itu ‘baik’? Otakmu pasti sudah terganggu, Heechul. Apanya yang ‘SAINT’ ―orang suci, huh?”

Yang disebut namanya terkekeh kini, menatap nakal pada sang adik yang dengan senang hati melayangkan tatapan sinis padanya. “Aww~ kau sudah tahu ternyata. Tapi yah~ mereka yang liar bukan masalah bagiku selama kemampuannya sebanding ―Atau jika kau sudah tahu Lee Brothers. Bocah – bocah itu memang berattitude buruk, tapi jika kau bersedia menengok ke jajaran piagam penghargaan di depan sana, nama mereka nyaris sama banyaknya dengan sebagian siswa yang ‘waras’ disini.

Melihat fakta itu, apa aku harus membuang asset penting yang telah membuat sekolah ini melambung tinggi? Tidak, GaemGyu. Karena disini aturannya mudah, kau bebas melakukan hal yang kau inginkan asal kau bisa membayarnya setara dengan prestasimu. Aku adil, bukan?”

Heechul kini mengacak gemas rambut brunate sang adik. “dan soal ‘Saint’ High School―hey~ Saint itu Sapphire Arts International, jika kebanyakan orang, termasuk kau, menafsirkan sebagai ‘Orang Suci’ ―sekolahan suci, bukan salahku juga, ‘kan?”

Kyuhyun hanya mendecih kini. Tahu jika argumennya tidak akan pernah menang jika melawan setan seperti Cho Heechul. Yah.. darah yang mengalir dalam diri keduanya memang sama, bukan? Setan berujar setan, close enough, Cho!

“Okay, sekarang lupakan tentang kau-yang-mencoba-sok-suci-di-depanku. Aku sebagai hyung yang baik telah mempersiapkan kelas mana yang harus kau tempati mulai sekarang. Oh! Apa kau sudah tahu jika disini terdapat kelas mayor dan minor?”

Sang dongsaeng menggeleng, dan Heechul mengerang kesal. “Ck.. sepertinya lama tidak bertengkar denganku membuat otakmu menjadi lebih bodoh.” Dia mengambil setumpuk buku dari lemari tinggi di sisi kanannya, menyerahkan salah satunya pada Kyuhyun ―dan tentu saja tidak memperdulikan berbagai umpatan yang dilayangkannya.

“Baik, akan ku jelaskan sedikit. Di Saint, terdapat kelas mayor, yang mana sama dengan sekolah lainnya. Science dan Social. Sedang karena sekolah ini adalah sekolah seni, disana kelas minor dibutuhkan. Ada empat kelas minor disini. Kelas minor adalah kelas untuk kelebihanmu ―yang berhubungan dengan seni, tentu.

Singing, Acting, Dancing, juga Broadcasting class. Kelas mayor berlangsung dari jam delapan sampai dua belas, sedang kelas minor dari jam satu siang sampai lima sore. Khusus untuk hari jum’at adalah hari untuk ekstrakulikuler, dan weekend kalian boleh belajar dirumah. Aku sangat baik bukan?”

―dan sebelum Kyuhyun menyambut dengan umpatannya yang lain, Heechul segera melanjutkan. “Nah.. untuk kau, aku menempatkanmu di kelas Science untuk mayor, dan Singing class untuk kelas minormu. Aku tahu jika kau akan sangat buruk di Acting class juga ―yah mengerikan di Dancing class. Jadi sekarang, ada baiknya kau pergi karena hyungmu yang menawan ini harus melakukan sesuatu untuk kecantikannya.”

“Ck.. Arrasseo.”

Terlalu lelah dengan semua hal aneh disini, pemuda tampan itu memutuskan bangkit. Membawa ransel hitamnya di salah satu lengan dan berjalan cepat ke pintu. Dia sudah akan membuka benda persegi itu sebelum suara Cho Heechul kembali menggema.

“Oh iya, EvilKyu~” oh.. sang kepala sekolah mulai menggunakan panggilan kesayangannya lagi sekarang, “Kau tidak mulai di tingkat pertama. Aku tahu bagaimana kemampuan otakmu yang licik itu, dan karena akselerasi di Japan juga bukan hal biasa, kau mulai ditingkat dua. Science Six class. Tingkat dua berada di lantai tiga.”

Kyuhyun terdiam, sebelum kembali mengangguk paham. Dia menatap Heechul sejenak sebelum akhirnya berujar. “Kau tahu, aku benar – benar penasaran dengan caramu menjaga reputasi sekolah ini, Cho Heechul.”

“Jadi itu yang sejak tadi membuatmu penasaran?” tawa Heechul penuh cemooh. Pemuda cantik itu tersenyum penuh kebanggaan sekarang. Menepuk angkuh dadanya yang rata dan berujar sombong. “Kau sedang berhadapan dengan ‘The Almighty Cho Heechul’, kalau kau lupa.

Percayalah, tidak ada yang tidak bisa ku lakukan, dongsaeng-ah.”

.

.

.

Continued to scene two…


 

Tolong ungkapkan pendapat kalian untuk iniiii~ >///<
Saya masukin ini ke Rated M bukan karena adanya sex scene yaakk,, (mungkin ada) tapi lebih karena idenya yang dewasa, n banyak ucapan serta ‘perbuatan’ yang dewasa ><v
Oh iyaa,, ini terinspirasi dari perform Club No. 1 -nya oppadeul~! Saya benar2 terjerat ama Lee Brothers disana, yeah.. jadilah ff ini~ #wink

Soo~ gimme ur voice, pleasee?