Club No. 1 || Scene Seven

131228_smtownweekbyisungmin2 ||

“Tidak! Tolong! Apapun asal jangan dia―”

“Kau tidak berhak memerintahku, bocah sial!”

DUAK

“Berhenti, kumohon jangan!”

“Ini pembalasan bagi tyrant tak tahu perasaan macam kalian! Agar kalian tahu seperti apa rasanya ditindas. Hah! Akan kutunjukan kau seperti apa rasa sakit itu.”

“TIDAK! KAA-SAN―”

“MIN HYUNG!”

“Hah!” sepasang mata itu terbuka. Dilanjut dengan  deru napas yang saling memburu dan keringat sebesar biji jagung yang tak berhenti mengalir. Tangan putihnya refleks terangkat. Menyisir poni pirang yang terasa menusuk indra penglihatannya. Dua sorot mata yang tak focus, juga sepasang tangan yang tak berhenti bergetar. Ketakutan.

“Min hyung, apa baik – baik saja?”

Yang disebut namanya enggan menoleh. Hanya melancarkan satu dua umpatan lirih sebelum mengangguk tak acuh. Memberi respon positif pada dia yang masih berdiri kaku di samping ranjang, menunggu.

“Sudah tidak apa – apa, Hyuk-ah. Ma’af membangunkan tidurmu.”

“Tapi―”

“Aku lelah. Bangunkan aku tiga jam lagi.”

Eunhyuk mengerjap, hanya diam saat melihat Lee Sungmin yang kembali menelusup dalam selimut tebalnya. Berbaring miring membelakangi dia yang masih bergeming. “Selamat tidur, Hyuk.”

Satu helaan napas kalah, “Selamat tidur, hyung.”

―meski begitu, Eunhyuk tahu Sungmin tidak akan bisa tidur setelah ini. Selalu begitu. Nyaris berulang, terlebih saat Eunhyuk berhasil memaksa sang hyung tidur tanpa benda mungil dalam botol putih yang biasa. Dia tidak akan pernah bisa terlelap hingga pagi.

Tidak, saat mimpi buruk itu selalu mengejar tidur pemuda berambut pirang cerah itu.

.


―Club No. 1―

.

Yaoi | KyuMin [always belongs to each other] | Chaptered |NaughtyKyuMin | Mature Contents | Rated M | Romance, Drama | Lee Brothers ❤ | AU! School Life

.

Scene Seven

.

Kepindahannya kembali ke Korea membuat Kyuhyun menemukan banyak hal baru. Dari mulai sekolahan beraturan aneh milik keluarganya, hingga si manis Lee Sungmin yang terlihat liar dibanding wajahnya. “It’s not school, there’s just Club No. 1”


.

“Lee Sungmin!”

Yang dipanggil namanya memutar bola mata jengah. Hanya melanjutkan langkah – langkah ringan menelusuri rak buku yang menjulang sesak dalam perpustakaan gedung utama.

“Kemana ‘sunbae’ yang biasa kau gunakan, huh? Lupa tata krama?”

“Oh ayolah… berhenti bersikap dingin padaku, Sungmin ―sunbae.”

Sungmin berhenti kini. Menarik salah satu buku tebal dari rak dan menoleh pada sosok tinggi juniornya. “Ada apa denganmu sebenarnya, Cho Kyuhyun?”

Kyuhyun mengerjap, melipat dua lengannya di dada dan berujar. Nada main – main terselip dalam perkataannya yang sekarang. “Ku pikir kita ‘teman’ setelah aku menolongmu kemarin malam.”

“Kau tidak menolongku. Kau hanya melakukan kewajiban karena telah membuatku terjebak di gudang itu.”

Yang lebih tua kembali berjalan, mata hazelnya menelusuri deretan buku di kanan kiri, sesekali berhenti dan menarik apa yang dibutuhkannya. “―dan kalau kau memang berniat menolongku, berikan tanganmu dan bawalah buku – buku ini.”

Sang junior kembali mengerjap, memandang kosong pada dua tangannya yang tiba – tiba penuh dengan tumpukan buku tebal berbobot lumayan. Dengan beragam tema dan bahasa tentunya. “Kau―!”

“Sshh..” desisnya memperingatkan. “Ini perpustakaan, Kyuhyun-ah. Keluar, kalau kau memang tak bisa diam. Keep silent, yes?”

Setelah berkutat menahan beragam gerutuan dan umpatan, pemuda pecinta game itu diam akhirnya. Hanya mengikuti langkah seniornya dengan tangan yang mulai terasa kebas. Bagaimana tidak? Tumpukan buku itu semakin bertambah tinggi setiap beberapa langkah, terlebih dengan ekspresi tak berdosa yang kekeuh terpasang di wajah Lee Sungmin saat dia berlama – lama di depan salah satu rak. Tak ayal membuat batas kesabaran Cho Kyuhyun yang tak seberapa itu menguap habis.

“Apa kau memang berniat membaca semua ini… ―sunbae?”

Sungmin tertawa ringan. Ekspresi wajahnya jujur, “Tentu saja, dan tenang, ini yang terakhir.” Dia meletakan buku tebal dengan judul berbahasa Inggris di tangan Kyuhyun, nyaris menutupi separuh wajah pemuda itu. “ikuti aku.”

Berusaha keras mengontrol mulutnya untuk tidak berkata yang tidak semestinya, Kyuhyun berjalan secepat yang dia bisa ―bukan hal mudah berjalan lurus dengan tumpukan buku berat di tangan, tahu?― mengikuti sang senior yang melaju di depan. Punggung berbalut jas merah marun itu menyelinap lincah diantara rak yang tinggi menjulang. Berbelok beberapa kali sebelum akhirnya berhenti di sudut mati samping jendela. Ruang baca yang tidak terlalu besar, tapi cukup lega dan mendapat jendela berisi pemandangan hijau lapangan basket Saint High School sebagai nilai tambahnya.

Sungmin menghempaskan tubuhnya di kursi yang berada di samping jendela. Mengundang Kyuhyun dengan gesture halus untuk mengisi kursi kosong di depannya.

“Terimakasih.” Tukasnya sopan. Ditariknya satu buku teratas. “Apa yang kau minta sebagai imbalan?”

Cho Kyuhyun, mau tak mau menyeringai saat mendengar kalimat terakhir dari dia yang kini serius dengan bacaannnya. “Kau tajam sekali.”

“Tidak sulit menebak tipe orang sepertimu, Kyuhyun-ah.”

Dia terkekeh pelan. Menyamankan duduknya di kursi dengan dagu yang tertumpu di tangan kanan. Pandangannya lurus pada Sungmin di depan, seolah tak membiarkan sosok yang lebih pedek darinya ini lolos dari pengamatan mata tajamnya.

“Aku hanya minta beberapa pertanyaan.” Kyuhyun memulai. “Jika kau tidak keberatan, tentu.”

“Hng? Apa?” Sungmin bahkan tidak mengangkat wajah dari bukunya.

Ahh.. tapi seperti Kyuhyun peduli saja. “Sebenarnya kau itu kenapa?” itu pertanyaan pertama. Paling menganggu juga sebenarnya. “Tidak mungkin hanya phobia gelap, bukan?”

Sang pecinta game dapat melihat dia terdiam. Fokusnya teralih, sebelum kini mengangkat wajahnya dari buku di hadapan. Matanya menyorot datar pada Kyuhyun. Dingin tak terbaca.

“Aku tidak menjawab pertanyaan yang tidak ingin ku jawab.”

Kyuhyun menyeringai. “Berarti aku benar, sunbae?”

“Simpulkan saja semaumu.”

‘Dia keras kepala.’ Kyuhyun mengeluh dalam hati. Meski begitu, raut santainya tidak berubah. Serupa dengan Lee Sungmin yang kini kembali fokus pada buku bacaannya. “Hmm.. kalau begitu, sejak kapan kau pindah ke Seoul?”

“Empat tahun lalu.”

“Kau lahir di Jepang atau Korea?”

“Jepang, aku pernah bilang Akiba, bukan?”

“Lalu kenapa kau pindah ke Seoul? Padahal bisa dibilang sunbae kelahiran Jepang?

Sungmin tertawa kini. Menatap Kyuhyun dengan sebelah alis yang terangkat menilai. “Apa ini? aku merasa seperti teroris yang tengah diinterogasi sekarang.”

“Well.. aku hanya menggunakan imbalan untuk jasa ‘kuli angkat’ barusan. Kau sendiri yang menawarkan bukan?” balas Kyuhyun tanpa beban.

Sang sunbae mengangguk lamat – lamat. Terlihat tak ambil pikir dengan junior cerewet di depannya ini. Atau dia sebenarnya sudah terlalu kebal dengan ‘wawancara dadakan’ macam ini? “Jadi kau mengikutiku seharian ini hanya untuk pertanyaan itu?”

Buku tebal berjudul General Chemistry: Essential Concept* di depan Lee Sungmin tertutup dengan debam lembut. Dua lengan berbaut jas merah kebanggaan Saint itu sekarang menyilang nyaman di atasnya. Terlihat jika si pemilik sudah memilih memberi fokus penuh pada sang lawan bicara.

“Kau bukan gay ‘kan, Kyuhyun-ah?” bahkan Lee brothers sulung itu pun tertawa akan statement-nya sendiri kali ini.

Lawan bicaranya menyeringai, seolah menantang. “Bagaimana kau bisa menyimpulkan demikian?”

“Kau marah saat aku menciummu dulu.” Tuduh Sungmin.

“Kalau begitu, anggap saja aku menjadi ‘gay’ karena ciumanmu saat itu.”

Si blonde manis memiringkan kepalanya, tertarik. “Sayangnya kau jauh dari tipeku.”

Kyuhyun tidak bisa menahan tawanya kini. Pemuda itu terbahak dengan sebelah tangan yang memegangi perutnya. ‘Menarik sekali, Lee Sungmin benar – benar penuh kejutan’ pikirnya senang. Permainan yang digarapnya karena kesal diawal, ternyata sanggup melejit jauh di atas perkiraan. Tidak salah jika The almighty Cho Heechul sampai memberi pemuda ini perhatian lebih.

Lee Brothers sulung ini bagai perwujudan teka – teki rumit yang mengundang rasa penasaran siapa pun guna mengisi kotak – kotak kosongnya. Dia sanggup meramu atensi hanya dari tatap mata dan permainan kata yang lepas dari sepasang bibir tipis, dan seperti yang diujarkan Lee Donghae dulu, sosok Lee Sungmin bagai kantong semar yang akan memikatmu dalam rupanya. Akan tetapi juga membunuhmu di saat yang sama.

Heh.. si brengsek berdarah dingin, kalau versi Kyuhyun.

“Kenapa kau percaya diri sekali sunbae? Sekalipun mungkin aku menjadi gay karenamu, bukan berarti tertarik tahu?”

“Tidak ada yang tidak tertarik padaku, Kyuhyun-ah.” Sungmin terkekeh.

―dan Kyuhyun hanya memutar bola mata bosan saat mendengar kalimat penuh percaya diri itu.

“Lucu sekali. Kasus over confident-mu terdengar mengerikan.”

Sungmin hanya mengangkat bahu tak acuh. “Hanya kau yang bilang seperti itu.”

“Oh.. tentu saja, para gadis murahan itu tak akan mempermasalahkan hal itu benar?”

Language, Kyuhyun.” Sang senior menegur tanpa minat. Tangannya kini mulai merapikan buku tebal yang tersebar dari tumpukannya. “Lagi pula, aku baru tahu ternyata kau juga salah satu penikmat gossip di Saint.”

Gossip? Kabar bahwa kau telah memerawani separuh gadis disini, huh?”

Kali ini Sungmin terkekeh. “Itukah yang mereka katakan? Menarik sekali.”

“Jadi itu semua hanya gossip?” alis Kyuhyun mengerut, dalam kepalanya sudah tersusun minimal tiga cara paling ‘kreatif’  guna memberi pelajaran bagi Choi Siwon yang gampang sekali termakan gossip. Agar Siwon hyung tambah pintar, tambahnya dalam hati.

“Yah.. tidak sepenuhnya, sih.” Balas Sungmin ambigu. “tapi ―hey! Bagaimana kalau kita bertaruh. Rasanya tidak adil jika menilik pada jumlah pertanyaanmu dengan ‘bantuan kuli angkat’ yang kau bilang tadi.”

Kyuhyun menaikan sebelah alisnya mendengar ini. Bertaruh katanya? “Taruhan apa memangnya?”

Sungmin menyeringai angkuh. Mulai berdiri dan berjalan perlahan mengitari meja. Pemuda itu berhenti tepat di depan Kyuhyun, meletakan dua telapak tangan putihnya di pundak yang lebih muda, dan menekan tubuh pemuda itu agar menyandar di kursinya.

“Tidak seru jika aku mengatakan bertaruh apa. Yang pasti, kau mau atau tidak?”

“Tapi bukankah jika seperti itu hanya aku yang dirugikan? Jangan bertindak curang dalam bermain, sunbae.”

Sang senior terkekeh senang, “Bukankah kau orang yang mencintai game lebih dari apapun? Harusnya kau tahu kalau aku hanya menerapkan strategi, dan bukan bermain curang.” Si blonde mulai mendekat, membawa bibirnya hingga hanya berjarak satu sapuan napas dari telinga Kyuhyun. “atau sebenarnya… kau yang takut kalah dariku, Kyuhyun-ah?”

“Ck.. dengar Lee Sungmin.” Kyuhyun mendorong cepat pundak seniornya saat merasakan bibir tipis sang Player Saint mulai menyentuh belakang telinganya, memberikan satu kecupan singkat yang meninggalkan sensasi-tak-terdefinisi baginya. “Aku tidak pernah kalah dari siapapun dalam game. Itu juga berlaku saat ini, jika hanya taruhan denganmu, kupastikan aturan tadi juga berlaku. Camkan itu.”

Lee Brothers sulung itu makin tersenyum senang mendengar kata – kata yang berikutnya keluar dari Kyuhyun.

―“Jadi, taruhan macam apa yang kau inginkan? Aku bersedia, dan kupastikan aku tidak akan kalah.”


04.00 pm. Parking lot, Saint High.

“Kau taruhan dengan Sungmin hyung? Terlebih.. taruhan masalah beladiri?!” Choi Siwon sama sekali tidak menurunkan volume suaranya, “Kau.. kau itu idiot atau apa sih?!”

Tak sabar, tangan pemuda kekar itu pun melayang mulus ke kepala berambut cokelat. Dengan sepenuh hati mendaratkan pukulan sayang penuh tenaga.

“Sakit, Choi! Aishh..”

“Jaga mulutmu, bocah!”

Satu lagi jitakan dilayangkan Siwon pada Cho Kyuhyun yang berjalan disebelahnya. “Kau benar – benar idiot, Kyu. Apa kau lupa saat kukatakan Lee Sungmin itu tidak hanya bagus dalam bernyanyi? Dia juga prodigy dalam Dancing Class, tahu!”

Kyuhyun berdecak kesal. Tangannya mengusap pelan bekas jitakan penuh sayang dari orang di sampingnya. Itu benar – benar sakit, hey! Siwon itu sabuk hitam di taekwondo kalo Kyuhyun tidak salah ingat. Sudah pasti tangannya terlatih, bukan? Dibilang main – main pun, pukulan jitakan seorang biasa dengan ahli beladiri itu jauh! Dasar Siwon bodoh. Umpat Kyuhyun dalam hati ―tentu, dia tak ingin merasakan ‘sentuhan sayang’ dari si kuda itu lagi, kau tahu?

“Lalu apa hubungan anatara Lee-Sungmin-sang-prodigy-di-Dancing-Class dengan taruhan itu? Dia hanya bilang jatuhkan-aku-dalam-tiga-menit-dan-kau-menang. Aku tidak melihat kemungkinan menangku ada dibawah delapan puluh persen.”

Siwon menatap Kyuhyun seolah dia adalah orang paling idiot di muka bumi sekarang.

Ya! ada apa dengan tatapanmu itu, huh? Kau meremehkanku, hyung?” magnae itu mulai merendahkan suaranya sekarang. Aura superiornya menguap ke permukaan, tanda bahwa batas kesabarannya telah lewat jauh. “Tidak ada yang bisa mengalahkanku dalam game, kau tahu? Dan bukankah sudah kubilang seperti apa taruhan yang kami lakukan? Aku hanya perlu menjatuhkannya sebelum tiga menit dan semuanya selesai.”

Siwon hanya mendesah tak percaya mendengar kalimat penuh percaya diri itu. Tanpa basa – basi pemuda tinggi itu langsung menarik sebelah lengan sang magnae. Memaksanya mengikuti kemana pun kakinya akan melangkah selanjutnya. “Ikut aku sekarang.”

“Ya! Jangan seenaknya menyeretku!”

Setelah berbagai teriakan dan umpatan yang tak pantas didengar oleh anak dibawah umur, Siwon akhirnya berhasil menarik mengikutinya. Meninggalkan lapangan parkir yang sebelumnya menjadi destinasi keduanya dan memilih berjalan semakin masuk menuju auditorium yang berada di gedung utama.

Kyuhyun masih menggerutu dan mengumpat, meski kakinya patuh mengikuti kemana sosok yang lebih tua itu berjalan. Pemuda berambut cokelat itu mau tak mau sedikit penasaran juga dengan apa yang dikatakan sang hyung. Benarkah Lee Sungmin sehebat itu dalam bela diri? Kyuhyun bukannya buta akan olah raga seperti itu. Dia pernah mempelajari karate saat tahun pertamanya di sekolah menengah Akihabara. Walau itu hanya dasar, setidaknya tidak akan sulit jika hanya menjatuhkan-sebelum-tiga-menit bukan? Terlebih, Lee Sungmin itu jauh lebih mungil dibanding dirinya. Apa yang membuat Choi Siwon begitu khawatir?

“―Kau lihat itu?”

Sebaris kalimat dari sang hyung membuat Kyuhyun bangun dari masa trace-nya. Matanya mengerjap  sebelum akhirnya fokus pada pemandangan di depan sana. Pada panggung besar yang tengah penuh dengan seliweran orang. Kelihatannya sedang mempersiapkan sesuatu seperti drama musikal. Tapi bukan itu, Kyuhyun lebih fokus pada dia. Pada sosok blonde Lee Sungmin yang tengah meliukan tubuh dengan salah seorang gadis berambut panjang.

Dia hanya menggunakan kaos putih panjang biasa, dengan kaki yang terbungkus celana training warna putih pula. Sementara si gadis masih memakai kemaja Saint High yang berwana senada, meninggalkan rok selutut yang menjadi pasangannya dan menggantinya dengan hot pants warna hitam. Terlihat.. begitu serasi dengan Sungmin yang wajahnya sudah dihiasi peluh.

“Kami biasa menggelar show case terakhir sebelum liburan musim panas. Tema tahun ini adalah drama musikal, dan yang lebih istimewa ketiga Lee Brothers turut ambil bagian dalam pertunjukan kali ini.” Siwon menjelaskan, tampak tidak terkejut saat menemukan pandangan Kyuhyun yang tak teralih dari si blonde yang tengah meliuk lincah diatas sana.

“Biasanya hanya Donghae hyung dan Eunhyuk hyung yang bersedia ambil bagian dalam show case macam ini. Tapi kali ini, bahkan Sungmin hyung pun bersedia terlibat. Mungkin karena ini show case terakhirnya sebelum kelulusan? Tapi bukan itu intinya.”

Kyuhyun menoleh saat mendengar kalimat terakhir Siwon. “―hah?”

“Yeah.. coba kau lihat Sungmin hyung sekarang.” Siwon menunjuk Sungmin yang baru saja melompat indah seiring musik. “Dia punya fleksibilitas yang menakjubkan. Selain itu, gayanya saat melakukan dance juga luar biasa. Penuh penjiwaan, juga atraktif. Dia yang terbaik soal permainan fisik, Kyu.”

Magnae itu mengerjap lagi. Kembali memfokuskan pandang pada Sungmin yang masih melakukan bagiannya. Tanpa diberi tahu Siwon pun dia sadar, pemuda blonde itu memang penuh bakat. Lihat saja bagaimana dia mampu melakukan gerakan yang terlihat bagai gabungan salsa dan beladiri china itu. Bagaimana tubuhnya meliuk indah, menyesuaikan dengan gerakan bergaya sensual yang dibawakannya dengan sang partner.

Atau bagaimana ekspresinya yang begitu hidup saat dua tangannya menggendong sang gadis a la bridal, memutar tubuhnya, memiringkan kepala seolah tengah mencumbu gadisnya. Juga sesekali melakukan gerakan action yang sebenarnya tidak sesuai tema, tapi malah memberi kesan unik nan atraktif.

Pertunjukan penuh emosi itu berakhir dengan sang gadis berambut hitam yang meloncat dari atas kursi. Mendaratkan tubuhnya dengan pasrah pada Lee Sungmin yang telah siap merentangkan dua tangan. Menyambut gadisnya pada pelukan penuh, memutar tubuhnya beberapa kali, sebelum mendaratkan dengan begitu lembut. Keduanya saling menatap. Tatapan yang seolah memamerkan kemesraan, sensual, tapi begitu manis dan penuh akan cinta.

Dengan Sungmin yang menautkan tangan keduanya hingga perlahan menutupi sebagian wajah mereka, music berhenti. Mengakhiri drama musikal yang terlihat sensual, walau begitu manis. Lee Brother sulung itu masih tetap dalam tatapannya yang serius, tanpa aba – aba menundukan wajahnya, dan mencuri satu ciuman penuh dari gadisnya.

Tindakan yang langsung merangsang Lee Donghae berteriak protes “YA! Hyung! itu tidak ada dalam script!”

Sungmin terkekeh. Menepuk puncak kepala gadis itu dan tersenyum minta ma’af. “Aku minta ma’af Haneul-ah. Kau sangat manis hingga membuatku lepas kendali. Jangan takut menjadi partnerku ya?”

Kekehan kecil turut muncul dari bibir gadis itu. “Aku tidak keberatan. Sungmin oppa sangat hebat~ aku senang menjadi partner oppa di musikal kali ini.”

―dan Lee Donghae yang berteriak kesal karena diabaikan menjadi penutup latihan kecil itu.

Dari pintu yang sejak tadi menjadi sandaran, Kyuhyun bisa melihat bagaimana pemuda blonde itu terkekeh lagi. Menerima sebotol minuman ion yang disodorkan Donghae, dan berjalan dengan sebelah lengan si bungsu yang bersandar dibahunya. Tak lama, si magnae juga bisa melihat Eunhyuk yang mulai bergabung, si tengah itu terlihat berkeringat. Mungkin dia baru selesai melatih dance-nya di tempat lain?

Ketiganya berlalu bersama dengan suara Siwon yang kembali terdengar.

“Kau tadi bertanya apa hubungannya dia termasuk prodigy dalam Dancing Class dengan taruhanmu bukan? Sekarang kau bisa lihat? Sungmin hyung itu tidak hanya expert dalam beladiri, tapi dia juga orang yang licik. Dia tidak akan bertaruh dengan orang asing macam kau kalau dia tidak yakin akan menang.”

Kyuhyun hanya merasa kalau moodnya makin anjlok saat melihat tatapan mata Siwon yang terarah padanya. Tatapan semacam salahmu-sendiri-tidak-mendengar-perigatanku-bocah.

Sialan. Dia merasa dalam masalah kini.

“Yah.. terima nasib saja, Kyu. Bersiaplah untuk menjadi budak Sungmin hyung selama sebulan kedepan.”

.

.

.

Continued to scene eight…


*Buku untuk mata kuliah Kimia Dasar, karangan Mr Raymond Chang yang tak akan berhenti menggentayangi malam sabtu saya hingga setahun kedepan :3

Yah.. hahah #nyengirpasrah

Jangan marah karena saya abdet begitu lama ya? Muse saya tiba – tiba hilang belakangan ini. Apalagi dengan UAS yang akan segera datang seminggu lagi. Minta do’anya agar UAS saya lancar, sehingga saat dirumah nanti saya langsung bisa ngetik lanjutannya.. XDD

Daaannn… saya bener – bener gak nyangka kalian semua masih memberi saya sambutan sehangat ini. Terimakasih banyak untuk semuanya ya, untuk dukungan review dan fave selama ini. #bow

Saya memang tidak bisa membalas komentar kalian satu persatu, tapi kalian tidak perlu ragu untuk percaya bahwa tidak ada satupun review yang saya lewatkan untuk baca. Membaca pendapat kalian yang beragam tentang cerita ini sungguh membuat saya luar biasa senang!

Terimakasih, dan sekali lagi, ditunggu kesan teman – teman setelah membaca cerita ini, yaa~

Sampai berjumpa dichapter berikutnya kawaann~~ XDD #bow

Welcome 2014~ Happy birthday my lovely Sungmin-ee~ Happy New Year all~ XDDD